Mereka.
Ya, Ibu dan Ayah. Sosok yang senantiasa menyayangiku tanpa ada kata terpaksa dan purna. Kasih sayang mereka yang tidak berujung itu menjadi pengingatku.
Ibu ajarkan aku bagaimana tumbuh menjadi wanita kuat ketika aku lemah dan pernah sempat untuk menyerah, mengajariku menjadi wanita yang anggun
bak puteri raja dimana kasih sayang dan perhatiannya selalu ada dikala aku sedang dirundung lelah, ajari aku menjadi yang baik disaat banyak orang memandang dengan sudut pandang aneh mereka terhadapku dan mencontohkan ku agar senantiasa menghormati orang lain dimanapun maupun kondisi apapun. Ibarat lain ibu adalah cahaya
penuntun, bersinar terang menuntun ku untuk terus berjalan menuju sebuah kebaikan dan selalu berusaha menjadi baik dengan mendekat
kepada Tuhan, dengan cara beliau yang senantiasa mengingatkanku untuk tidak lupa beribadah di saat sedang malas bahkan sibuk sehingga lupa melaksanakan ibadah.
"Jangan malas untuk beribadah, berbuat baik, selagi kamu masih punya kesempatan untuk melakukan itu. Jadilah anak yang kelak bisa membantu ibumu dan ayahmu di Akhirat kelak. Ibu sangat sayang terhadap anak putri satu-satunya ibu ini, Ibu tidak mau sampai anak Ibu jauh dari ibu." Ujar beliau.
Disaat Tuhan menyapa aku melalui segala macam ujian yang diberikan-Nya.
Pelukan seorang Ibu, elusan tangan Ibu, yang selalu aku rindukan sehingga air mata tak lagi sempat untuk kutahankan atas rindu yang aku rasakan. Air doa ibu selalu diberikan kepada aku,
melebur menjadi satu dalam tubuh ku. Menjadikan hati ku lebih
tenang, lebih sabar, semakin berlari kencang mengejar cahaya Allah
dengan bahagia. Ibu adalah wanita tersabar di dunia. Hati
lapangnya melebihi luas samudera. Rasa sabar yang ada dalam
hatinya, tidak ada yang sanggup mengalahkannya. (To Be Continue)



Comments
Post a Comment