Skip to main content

Memaknai Hari Santri Nasional 2019



(Priok, 22/10) Kini, setiap tanggal 22 Oktober kita memperingati yang namanya Hari Santri Nasional. Santri sendiri bukan hanya bagi kalangan yang di pondok, tetapi mereka yang berakhlak layaknya santri adalah santri. Andil santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Mereka ikut merebut Indonesia, membangun Indonesia dan mempertahankan NKRI. Oleh karenanya adanya penetapan hari santri sendiri memiliki makna sebagai refleksi dan pengingat perjuangan sejarah bukan hanya sebagai ajang ceremonial, maupun ajang euforia semata. Sejarah itulah yang dapat menjadi bekal untuk kita semua untuk selalu berbenah, memperbaiki kualitas diri demi kemajuan bangsa Indonesia ke depan. Sebab, diakui atau tidak, santri saat ini dihadapkan pada situasi yang lebih berat dengan adanya perubahan global yang begitu masif. Sebagai generasi, santri juga harus mampu untuk selalu berinovasi, berkreasi, dan bersaing dalam dunia global tanpa menghilangkan poin mereka sebagai santri.


Lantas hal baik apakah yang kita lakukan ketika kita dihadapkan dengan adanya Hari Santri Nasional?



Sudah sepatutnya bukan hanya ketika Hari Santri saja namun ketika hari-hari biasanya pun kita melakukan hal seperti misalnya : Membaca sholawat, membenahi diri kembali, dan tidak lantas hanya melebur dalam euforia santri tapi kembali kepada diri apalagi yang harus diperbaiki. Apalagi sebagai santri milenial yang kita pun dituntut untuk tidak ketinggalan inovasi global yang semakin pesat, kita yang dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan tanpa terbawa kedalam arus yang salah justru memiliki peran untuk menjadi obor semangat dalam hal kebaikan.
Selain itu menelisik lebih jauh tentang banyaknya kalangan muda yang hanya ikut-ikutan arus dan hanya menjadikannya sebagai Mask, kita harus memiliki peran lebih jauh daripada hanya ikut-ikutan. Karena bahayanya ikut-ikutan itu juga menjadi hal yang sangat mempengaruhi. Apalagi penyortiran berita yang berkembang yang kejelasnya masih diragukan. Itu juga perlu menjadi pertimbangan.
Santri juga berhak menyumbangkan kritik dan sarannya terhadap Pemerintahan, sebagai sarana untuk membangun Pemerintahan yang jauh lebih baik.



Noted :

Seraplah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kemajuan dan keunggulan peradaban manusia yang berlandaskan adab dan akhlak.

Comments

Popular Posts

About Anime

Anime ( Japanese : アニメ ? , [anʲime]  ( listen ) ) is a term used to refer to Japanese animated productions featuring hand-drawn or computer animation. The word is the abbreviated pronunciation of "animation" in Japanese, where this term references all animation. The meaning of the word anime can vary slightly, definitions include animation from Japan or, alternatively, a Japanese-disseminated animation style often characterized by colorful graphics, vibrant characters and fantastic themes. Arguably, the stylization approach to the meaning may open up the possibility of anime produced in countries other than Japan. For simplicity, many Westerners strictly view anime as an animation product from Japan. [3] Some scholars suggest defining anime as specifically or quintessentially Japanese may be related to a new form of orientalism. [7] The earliest commercial Japanese animation dates to 1917, and production of anime works in Japan has since continu...

Arti Mimpi

 Akhir ini, aku sering kedatangan kamu dalam mimpiku. Ya mungkin seperti yang orang lain tau, bahwa kemungkinan aku terlalu sering memikirkan kamu. Sampai aku tidak ingin beranjak dari mimpi itu. Karena hanya melalui mimpilah aku bisa membenarkan yang salah. Aku bisa leluasa untuk bersama denganmu. Rasanya wajahmu sangatlah jelas dipandang. 

SURAT TERAKHIR

  MEMILIH YANG SALAH     Dears Tuan 26 Tersayang, Mungkin yang kamu kenal adalah aku yang dulu, ceria, bersemangat, dan selalu bersyukur. Tapi aku menyadari bahwa aku bukan lagi yang dulu, waktu dan keadaan mengubah aku. Aku yang dulu tumbuh penuh kasih sayang, merasa sudah tidak lagi merasakan itu. Aku merasa saat ini bukanlah diri aku. Aku merasa asing. Aku selalu merasa sendiri diantara kerumunan orang. Kepekaanku semakin tajam. Hal yang harusnya biasa tapi aku terlalu berlebihan memikirkannya. Disisi lain aku adalah tulang punggung keluarga, dimana keluargaku adalah keluarga kecil yang berbeda. Ayah yang cacat yang tidak punya pekerjaan tetap, sedang adik-adikku yang masih kecil. Rasanya berat bagi aku untuk memikirkan sebuah percintaan, dan aku trauma dengan masalalu yang membuat aku semakin tidak percaya tentang kasih sayang seseorang yang asli. Aku tidak bisa membedakan mana yang benar-benar sayang dan mana yang hanya sekedar bermain-main. Rasanya p...