Sepanjang malam, ada seorang pria yang terus berdoa memanggil “Allah, Allah” hingga bibirnya menjadi luka dan berdarah. Maka kemudian Iblis berusaha menggodanya dan berkata: “Hei, Orang yang mudah tertipu! Untuk apa kamu memanggil Allah sepanjang malam. Padahal kamu tidak pernah sekalipun mendengar-Nya menjawab: “Di sinilah Aku”. Kamu telah memanggil-Nya dengan bersungguh-sungguh sepanjang waktu, tapi mana Dia? Mana jawab-Nya? Aku akan memberitahumu bahwa ini hanyalah omong kosong belaka.“
Mendengar godaan iblis tersebut, pria itu tiba-tiba merasa begitu
hampa, kosong dan terabaikan. Saking tertekannya, ia pun tersungkur diam
ke lantai dan terjatuh ke dalam tidur yang nyenyak.
Dalam lelapnya, ia kemudian bermimpi bertemu Nabi Ibrahim, yang bertanya kepadanya: “Mengapa kamu menyesal memanggil dan memuji Allah?” Maka pria itu berkata, “Itu karena aku memanggil dan terus memanggil Allah, namun Dia tidak pernah menjawab,“Aku di sini.”
Lalu Nabi Ibrahim dengan lembut menjelaskan, bahwa Allah telah berfirman:
Setiap panggilanmu akan Aku, maka itulah Jawaban dari-Ku..
Setiap kerinduanmu untuk-Ku adalah isyarat-Ku kepadamu..
Segala upayamu untuk memanggil-Ku, Kenyataannya adalah upaya-Ku untuk memanggilmu..
Rasa takut dan cinta adalah jerat untuk memanggil-Ku..
Dan dalam kesunyian, setiap panggilan akan “Allah” menanti seribu jawaban: “Aku disini.”
Setiap kerinduanmu untuk-Ku adalah isyarat-Ku kepadamu..
Segala upayamu untuk memanggil-Ku, Kenyataannya adalah upaya-Ku untuk memanggilmu..
Rasa takut dan cinta adalah jerat untuk memanggil-Ku..
Dan dalam kesunyian, setiap panggilan akan “Allah” menanti seribu jawaban: “Aku disini.”
Ya, ternyata itu..
Dunia selama ini telah menyebabkanmu lupa pada-Nya. Segala kenikmatan
yang kau rasakan telah membuatmu lalai akan diri-Nya. Berbagai macam
kesibukan telah mendorongmu jauh dari-Nya. Kecintaanmu pada-Nya sedikit
demi sedikit mulai terkikis, terganti akan buaian hitam fatamorgana. Doa
yang kau ucapkan pun kini terasa hambar, kosong tak berjiwa. Tak ada
lagi permohonan yang tulus kau panjatkan, tiada lagi untaian kata-kata
merdu yang kau persembahkan. Malam yang dulu penuh kehangatan kini kau
tinggalkan, kau ganti dengan ayunan mimpi di setiap penghujung malam.
Kau pun menjadi lalai, menjadi bagian dari mereka yang pelupa.
Namun Ia tak pernah melupakanmu, meski kau sering melupakan-Nya. Ia
tak pernah bosan padamu, meski kau sering bosan memohon pada-Nya.
Maka Ia pun menyapamu, menghampiri dirimu. Memberi rasa takut dalam
jiwamu agar kau mau memanggil-Nya. Memberi rasa cinta dalam hatimu agar
kau kembali menyapa-Nya..
Karena sebenarnya Dia selalu merindumu. Merindukan dirimu. Dia rindu
akan doamu yang benar-benar berasal dari relung hati. Dia merindukan
lembut tangisanmu, merindukan rintihan dalam doamu. Merindukan
permohonan dan kata-kata yang terangkai indah darimu. Merindukan munajat
di keheningan malam bersamamu. Merindukan saat-saat dimana kau pernah
begitu dekat dengan-Nya. Merindukan agar kau selalu dekat dengan-Nya.
Maka sambutlah juga kerinduan itu. Dekaplah dengan erat kedekatan
cinta kasih itu. Rasakanlah indahnya perasaan yang tak bisa terungkapkan
dengan kata-kata itu, kerinduan suci sejati. Sampaikanlah segala
permohonanmu yang selama ini terus terjaga. Bisikkanlah semua harapanmu
pada-Nya. Dan jangan pernah bosan dan lelah mempersembahkan lantunan doa
dan pujian terbaikmu pada-Nya.
Pada Dia yang senantiasa merindumu. Pada Allah, Tuhan yang selalu sempurna menyayangi dirimu.
………………………………………………………………………………
“Setiap orang yang tinggal jauh dari sumber-Nya, dari
jatidirinya, maka ia akan selalu rindu untuk kembali ke masa ketika ia
masih dipersatukan dengan-Nya.” (Jalaluddin Ar-Rumi)
Comments
Post a Comment