Skip to main content

Aku dan Dingin

----------------------------------------------------------------------------------"Aku melaju dengan motor butut ku untuk melihatmu. Tak sabar rasanya untuk menghabiskan waktu bersamamu dan sampailah aku di kedai tempat biasamu. wanita yang tidak tau diri ini justru menyambangimu. Canggung dan bahagia rasanya bisa melihatmu kembali. Aku dengan malunya memesan 1 kopi. Lantas kamu menawarkan ku duduk. aku tidak tau harus bagaimana dan apa yang aku ungkapkan ke kamu. karena aku benar-benar merasa senang bersamamu. aku seperti menemukan tempat ternyaman untuk aku kembali. meskipun aku tidak tau perasaanmu. entah omongan apa yang aku ungkapkan waktu itu, rasanya tidak ingin aku ungkapkan dan menggantinya dengan BAHAGIA bersamamu. waktunya memang singkat, namun memberi banyak kesan berat untukku. Panggilan terus berdering seiring waktu terus larut, tidak ingin rasanya aku kembali ke rumah karena aku sangat nyaman bersamamu, dimana selama ini aku tidak menemukan kehangatan seperti itu. dan darisitulah puncak dari kesedihanku."-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------






                Aku kira pertemuan sore itu akan membawakan kehangatan untuk kehidupanku. Namun, aku salah. Ya memang salah sejak awal. Dengan semua kebodohanku, ketidak enakanku, yang mengambil alih dan menkhianati perasaanku sendiri. Aku senang sekali bisa melihat wajahmu yang bersinar itu. Tiada lain tujuanku adalah melihatmu, bodohnya aku hanya memesan satu kopi yang secara tidak langsung mencerminkan ke egoisan aku. Aku tidak ingin lepas dan berpisah kala itu, meskipun suasana terus larut. Banyak sekali keinginanku saat itu, tapi aku tetap bersikeras untuk terlihat biasa saja. Lengkungan senyummu lebih indah daripada bulan malam itu. Aku membohongi perasaan sendiri, aku selalu mementingkan perasaan orang lain daripada aku dan perasaanmu. Jika kamu anggap aku tidak mempercayaimu itu hal yang salah. Aku hanya tidak bisa keluar dari lingkaran ini. 

Sejak pertemuan itu, aku selalu menangis. ya memang aku adalah orang yang "cengeng" katamu. aku benar tidak tau harus bagaimana. Aku takut melangkah meninggalkanmu, namun aku takut menjadi karma balik untuk aku. mengetahui kamu akan menjauhiku, ibarat hal yang tidak ingin aku ketahui. meskipun kamu kerap mengatakan itu semua tergantung keputusanku. 

sampai kapanpun, kamu adalah anugerah terindah. 

meskipun aku tidak tau akhir cerita ini seperti apa, namun seperti yang aku katakan. 

Aku tanpamu adalah bahagia dalam kepalsuan. 

SEMUA TENTANGMU MASIH TERSUSUN RAPIH 


Comments

Popular Posts

About Anime

Anime ( Japanese : アニメ ? , [anʲime]  ( listen ) ) is a term used to refer to Japanese animated productions featuring hand-drawn or computer animation. The word is the abbreviated pronunciation of "animation" in Japanese, where this term references all animation. The meaning of the word anime can vary slightly, definitions include animation from Japan or, alternatively, a Japanese-disseminated animation style often characterized by colorful graphics, vibrant characters and fantastic themes. Arguably, the stylization approach to the meaning may open up the possibility of anime produced in countries other than Japan. For simplicity, many Westerners strictly view anime as an animation product from Japan. [3] Some scholars suggest defining anime as specifically or quintessentially Japanese may be related to a new form of orientalism. [7] The earliest commercial Japanese animation dates to 1917, and production of anime works in Japan has since continu...

Arti Mimpi

 Akhir ini, aku sering kedatangan kamu dalam mimpiku. Ya mungkin seperti yang orang lain tau, bahwa kemungkinan aku terlalu sering memikirkan kamu. Sampai aku tidak ingin beranjak dari mimpi itu. Karena hanya melalui mimpilah aku bisa membenarkan yang salah. Aku bisa leluasa untuk bersama denganmu. Rasanya wajahmu sangatlah jelas dipandang. 

SURAT TERAKHIR

  MEMILIH YANG SALAH     Dears Tuan 26 Tersayang, Mungkin yang kamu kenal adalah aku yang dulu, ceria, bersemangat, dan selalu bersyukur. Tapi aku menyadari bahwa aku bukan lagi yang dulu, waktu dan keadaan mengubah aku. Aku yang dulu tumbuh penuh kasih sayang, merasa sudah tidak lagi merasakan itu. Aku merasa saat ini bukanlah diri aku. Aku merasa asing. Aku selalu merasa sendiri diantara kerumunan orang. Kepekaanku semakin tajam. Hal yang harusnya biasa tapi aku terlalu berlebihan memikirkannya. Disisi lain aku adalah tulang punggung keluarga, dimana keluargaku adalah keluarga kecil yang berbeda. Ayah yang cacat yang tidak punya pekerjaan tetap, sedang adik-adikku yang masih kecil. Rasanya berat bagi aku untuk memikirkan sebuah percintaan, dan aku trauma dengan masalalu yang membuat aku semakin tidak percaya tentang kasih sayang seseorang yang asli. Aku tidak bisa membedakan mana yang benar-benar sayang dan mana yang hanya sekedar bermain-main. Rasanya p...